Peran, Sarana dan Acara : Strategi Unggul Dalam Meningatkan Minat Baca Pada Anak





“Membaca” adalah sebuah kata yang masih menjadi beban bagi pelajar. Terbukti dengan indeks membaca pelajar indonesia yang masih tergolong rendah yaitu berkisar 0,001 yang berarti hanya ada 1 diantara 10.000 orang yang memiliki ketertarikan dalam membaca (Lingga Pos, 2013). Rendahnya minat baca tersebut tidak hanya dianut oleh anak-anak, namun juga dialami oleh kalangan pelajar atas, seperti mahasiswa yang merupakan agen dari perubahan. Beranjak dari fakta tersebut, bagaimana bisa Indonesia terlepas dari kebodohan? dan sampai kapan Indonesia akan mempertahankan eksistensi diri pada jeratan rantai kemiskinan yang semakin melanda?. Itulah Indonesia, dengan salah satu fakta ironis yang mengiris hati dari sudut pendidikan. Banyak faktor yang mengakibatkan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, yaitu kurangnya suatu kebiasaan yang mengakar dari dalam diri. Kebiasaan memang tidak mudah untuk diciptakan, maka dari itu perlu adanya suatu kebiasaan yang harus ditanamkan kepada anak. Dengan menumbuhkan minat baca pada anak, maka akan membantu mereka tumbuh sebagai generasi yang peka  terhadap perubahan dan akan membawa implikasi bagi pembangunan Negara. Pengoptimalan peran, sarana dan event merupakan salah satu strategi unggul dalam meningkatkan minat baca pada anak.
            Peran orangtua dalam proses meningkatkan minat baca sangat dibutuhkan dalam meberikan bimbangan kepada anak. Jika dianalogikan, seorang bayi memerlukan uluran tangan untuk berjalan. Begitupula dengan seorang anak, yang juga memerlukan bimbingan orangtua dalam meningkatkan  minat baca mereka. Jika ditelaah banyak hal yang dapat dilakukan orangtua dalam meningkatkan minat baca pada anak yaitu memberikan suatu dukungan moral dalam proses membaca. Salah satu cara efektif yang dapat membantu meningkatkan kesadaran dalam membaca adalah  membacakan buku baik itu fiksi maupun non fiksi kepada anak sebelum tidur atau pada waktu senggang. Selain itu orangtua dapat menarik perhatian anak dengan menggunakan mimik wajah yang ekpresif serta sesuai dengan isi bacaan tersebut. Dengan kegiatan tersebut akan memberikan suatu stimulus kepada anak untuk meningkatkan ketertarikan dalam membaca. Pada keempatan inilah orangtua sudah sepantasnya mengambil andil dalam melakukan suatu pendekatan personal  kepada sang anak. Karena pendekatan personal merupakan salah satu cara yang efektif yang dapat dilakukan orangtua dalam  membantu anak memahami hal-hal baru.
Selain peran dari orangtua, perlu juga adanya pemilihan sarana dan prasarana yang bisa menarik perhatian anak dalam meningkatkan budaya membaca. Di era yang modern ini sudah banyak tersedia sarana dan prasarana baik digital maupun non-digital untuk menunjang dunia pendidikan. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut, institusi pendidikan baik formal maupun informal dapat memanfaatkannya secara optimal dalam menunjang tujuan pokok dalam peningkatktan minat baca anak seperti misalnya pemanfaatan smartphone secara positif. Di era yang canggih ini, pemanfaatan smartphone banyak disalahgunakan. “Smartphone, Stupid users” itulah salah satu istilah yang digunakan untuk menjuluki masyarakat yang belum bisa menggunakan teknologi dan mengimplementasikannya untuk aktivitas yang positif. Faktanya, banyak anak-anak yang menggunakan smartphone untuk memanfaatkan aplikasi yang berifat hura (Silviani, 2013).

Jika kita teliti lebih lanjut, ada banyak aplikasi yang dapat membantu mempermudah seorang anak dalam memahami suatu isi bacaan. Sehingga diperlukan juga  pengawasan dari orangtua untuk membantu anak dalam memfiltrasi aplikasi yang dapat digunakan dalam proses meningkatkan keinginan membaca. Selain itu, Orang tua dan institusi belajar dapat menggunakan sarana yang interaktif seperti ketersediaan buku bergambar seperti ensikolepdia, komik dan buku naratif bergambar. Fakta menunjukan bahwa Dengan adanya sarana seperti itu, anak-anak semakin tertarik dalam mebaca karena ada gamabaran ilustratif yang akan membantu anak tersebut dalam berimajinasi mengenai bacaan yang mereka baca (Carry, n.d.). Sehingga mereka akan merasa terbantu dan akan semakin tertarik dalam dunia literasi dan akan membantu mereka dalam meningkatkatkan animo membaca.
            Selain peran dan sarana adapun strategi yang sangat penting dalam meningkatkatkan budaya membaca adalah pembuatan acara yang kreatif dan inovatif. Acara adalah salah satu strategi dalam suatu peningkatan budaya membaca. Salah satu acara yang dapat dilakukan yaitu membuat suatu acara yang diadakan pada 2 kali seminggu yaitu pada hari sabtu dan minggu. Adapun suatu inovasi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menggelar suatu acara membaca bersama teman-teman. Dengan adanya acara seperti itu, anak-anak dapat merasakan adanya suatu esensi dalam menumbuhkan budaya membaca karena mereka duduk bersama teman-teman sebayanya sehingga mereka mempunyai persasaan senasib sepenanggungan. Selain itu, mereka dapat berpikir bahwa mereka melakukan hal tersebut memang untuk tujuan yang baik.
Institusi pendidikan juga dapat melakukan inovasi acara. Pada acara  tersebut seperti menentukan tema pada setiap acara, seperti misalnya pada hari tertentu mereka akan membaca mengenai nasionalisme. Maka dari itu institusi pendidikan, dapat mendekorasi ruangannya dengan tema nasionalisme dengan esensi merah putih. Serta dapat menganjurkan mereka untuk menggunakan seragam kemerdekaan atau sejenis kepahlawanan. Selain itu adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menguji kemampuan mereka dengan cara menceritakan apa yang telah mereka bacakan ke hadapan teman-temanya. Bagi mereka yang telah berani mengemukakakan pendapatnya di depan umum , dapat diberikan suatu apresisasi berupa cemilan kecil sebagai salah satu apresiasi kita sebagai institusi pendidikan. Adapun tujuan dari event tersebut yaitu untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman atau (fun learning strategy) sehingga mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dapat menyerap seluruh pelajaran yang mereka dapatkan.
            Akhir kata, membaca tidak akan menjadi monster yang menyeramkan bagi anak-anak, apabila orangtua dan insitusi pendidikan melakukan suatu pengoptimalan terhadap peran, sarana dan acara. Dengan melakukan pengotimalan dalam pengimplementasian tiga komponen tersebut maka anak-anak akan merasa termotivasi dan menjadikan membaca menjadi suatu habit yang mengakar pada diri. Marilah mewujudkan generasi yang cerdas untuk Indonesia yang lebih baik dengan cara menginvestasikan kebudayaan membaca kepada anak-anak sebagai tonggak perjuangan Negara.

Bibliography

Carry, D. D. (n.d.). Visual Literacy: Using Images to increase compeherence. Retrieved from eadingrecovery.org: https://readingrecovery.org/images/pdfs/Conferences/NC09/Handouts/Carry_Visual_Literacy.pdf
Lingga Pos. (2013, september 2016). Diambil kembali dari GEMAR MEMBACA DI INDONESIA HANYA 0,001: http://www.linggapos.com/13808_gemar-membaca-di-indonesia-hanya-0001.html
Silviani, A. (2013). Electronic theses & dissertation UGM. Retrieved from PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA KALANGAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR (Studi Di Sekolah Dasar Negeri Ungaran 01 Yogyakarta): http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=66602&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat untuk Guru di Indonesia

How to Prevent Nervous During the Exam

Transportation Decision for Families